Rumah Batik TBIG, Membangun asa melalui edukasi batik

Alam yang sedang memancarkan keindahannya melalui hujan siang itu, Rabu 30 November 2016 tidak menyurutkan niat saya, Jacintha Chandrasari dan Mas Wawal Ardyanto untuk mewakili YAYASAN TUTUR BATIK bertandang ke Rumah Batik TBIG, memenuhi undangan dari Ketua DEKRANASDA Ibu Munafah Asip Kholbi.

Sebuah rumah bergaya etnik dengan halaman luas nan asri di kawasan Wiradesa, kabupaten Pekalongan, menjadi tempat bernaungnya Rumah Batik TBIG. Disambut dengan hangat oleh Pimpinan Bp. Nanang & tim, beliau menjelaskan bahwa pendirian Rumah Batik TBIG adalah sebuah Program CSR Budaya oleh PT Tower Infrastructure Bersama Tbk (TBIG) bekerjasa sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), dengan motto "Bangun Budaya Bersama". Dengan niat untuk turut serta melestarikan batik yang menjadi ciri khas Indonesia, khususnya Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia, Rumah Batik TBIG mengkampanyekan edukasi penggunaan bahan alami sebagai bahan baku untuk pewarna kain batik melalui artisan2 batik hasil didikan mereka. YCAB sendiri dibawah besutan Ibu Veronica Colondam sebagai pendiri, masuk dalam jejeran top 500 NGO dan menduduki urutan 49 dunia (Kick Andy Show).

Tentunya program yang digagas oleh Rumah Batik TBIG ini selaras dengan misi Yayasan Tutur Batik "Menciptakan NARASI tentang kebesaran dan keunikan tradisi batik berikut SDM generasi muda yang mampu menarasikan, menuturkan potensi budaya batik dalam suatu gerakan budaya, sehingga dapat menghasilkan motif batik terbaru" (Bp Rizaldi Siagian).

Rumah Batik TBIG


Salah satu trainer Rumah Batik TGIB yang bertanggung jawab sebagai Konsultan Pendamping, Bp Slamet Purwanto, berkat semangat juang dan keahliannya pernah menjadi narasumber dalam acara Kick Andy Show. Bp. Purwanto menuturkan pengalaman hidupnya ketika mulai mensosialisasikan program pelatihan yang diadakan di Rumah Batik TBIG, atas prakarsa Bu Veronica Colondam sebagai pendiri YCAB. Mantan penjahit permak levis ini tidak putus asa takala mendapat sambutan negatif atau datar dari masyarakat dan pelaku batik. Kalimat "Pelatihan kok batik mas, itu mah biasa" malah menjadi pecutan baginya untuk melahirkan artisan2 batik dari siswa2 didiknya. Sebuah kepuasan dalam hati bisa meberikan yang terbaik, ujarnya. "Keadaan seseorang bisa berubah, dari kehidupan kelam menjadi sukses, bahkan berguna bagi sesama. Hal itu tak lepas dari keinginan dan semangat hidup yang  lebih baik" (17 Cahaya Pembawa Asa).

Dengan kunjungan dari Dekranasda Kabupaten Pekalongan dan Yayasan Tutur Batik diharapkan semua unsur yang terlibat dapat bersinergi dengan Pemerintahan Kabupaten.

Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pekalongan Dra. Hj. Munafah Asip Kholbi yang dilantik pada tanggal 26/07 lalu untuk periode 2016-2021 pernah berujar pada jajarannya:  “Ayo kita bekerja, seremonialnya sedikit saja” (Radar Pekalongan). Sikap inilah yang ditunjukkan pada visit beliau dan rombongan Dekranesda. Tidak ada formalitas sama sekali melainkan ramah tamah dan diskusi langsung dan mengambil action dari kunjungan ini. Terkesan dengan visi misi yang diusung RB TBIG beliau ingin agar lebih banyak sekolah2 di Kabupaten Pekalongan yang memanfaatkan RB TBIG sebagai salah satu alternatif edukasi Batik untuk "Kelas Luar Ruangan" selain program "Batik Goes To School" yang sudah diusung. Menarik sekali mendengar cerita beliau, seorang pecinta batik yang dari jaman SMP sudah mulai membatik sendiri dan menjual hasil karyanya untuk membeli peralatan sekolah... 
Pengetahuan beliau tentang tanaman pun ikut meramaikan perbincangan kami tentang berbagai tumbuhan yang menjadi bahan baku untuk pewarna alami spt kayu secang, limbah kopi dari Petungkriyono, stevia, indigofera, dsb yang dibudidayakan di Rumah Batik TBIG. 

Bu Jum, Bu Munafah Asip Kholbi & Bp Purwanto
Dekranasda & Yayasan Tutur Batik bsm Rumah Batik TBIG

Rumah Batik TBIG memanfaatkan berbagai tanaman kekayaan alam sekitar Kabupaten Pekalongan sebagai pewarna alami. Antara lain tumbuhan Indigofera yang dijumpai di halaman mereka, merupakan penghasil warna biru alami. Diproses menjadi pasta, harga tidak akan kurang dari delapan puluh ribu Rupiah (Rp. 80.000,-) per kilo. Direndam 6 jam, terjadi proses oksidasi sehingga timbul gelembung udara/gas, lapisan teratas berwarna hijau kebiruan ini disaring, dipisahkan dari warna asli. Dicampur air kapur, diolah menjadi pasta berwarna indigo sebagai bahan pewarna. Limbah pun dapat dimanfaatkan, seperti limbah biji kopi dari Petungkriyono. Kulit kayu secang yang dikenal sebagai seduhan hangat juga digunakan mengambil warna merah yang dihasilkan.

limbah kulit kopi
kulit kayu secang








Dari segi edukasi, Rumah Batik TBIG juga menawarkan program pelatihan batik untuk usia sekolah maupun usia produktif tanpa biaya, berbasis kompetensi kerja dan sertifikasi. Program berdurasi 4 bln s/d 1 th dengan berbagai tahap: inkubasi, magang, pelatihan teori dan praktek, research study, dengan memaksimalkan potensi masing2 siswa untuk fokus ke area tertentu. Tidak tertutup kemungkinan untuk para siswa mendapatkan hasil dari jerih payah mereka. Hasil akhir kerap diikut sertakan di even pameran2, dimana salah satu kain batik dari bahan baku indigofera ciptaan mereka berhasil tembus ke angka tiga juta rupiah (Rp. 3.000.000,-) ketika mendapat perhatian dari Menteri Sosial Bu Khofifah Parawansa. 

Materi meliputi:
  • Disain batik dan pola                                
  • Pembatikan (cap & tulis)
  • Pewarnaan
  • Penyempurnaan
  • Manajemen Usaha
  • Manajemen Pemasaran
  • Fashion Show, pameran

Suasana yang asri dan tenang menambah kenyamanan  siapapun yang hendak mendapatkan ilmu bersama para tenaga pengajar yang mempunyai dedikasi tinggi di bidangnya dan rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat kaum marginal untuk pemberdayaan masyarakat. Bagi yang berminat dapat menghubungi alamat di bawah ini untuk informasi lebih lanjut mengenai program pendidikan, atau mungkin sekedar untuk berkunjung ke lokasi/survey:


Rumah Batik TBIG 
Jl. Kampung Singgah RT 12/04 Gumawang
Dukuh Mrican Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan
(0285) 4498633 / 0815 11119230



Salam Budaya
#JavaChic
Pariwisata - Budaya - Kuliner - Batik 




Comments

  1. Bakal jadi saingan Museum Batik Pekalongan kah ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alternatif mungkin ya, karena Rumah Batik TBiG lbh concern ke metode pelatihan. Semoga Pemerintah Kota atau pengusaha2 batik dapat mempertimbangkan untuk menyediakan pelatihan dengan konsep serupa

      Delete
  2. iya, aku kebetulan juga ngajar D1 di salah satu programnya ycab mba

    ReplyDelete
  3. Smoga mkn banyak rmh batik yg punya program bgni. Tdk saling bersaing tp maju bersama..

    ReplyDelete
  4. Artikel yang sangat bagus untuk dibaca! Salam Kenal!
    freddygunawan.com

    ReplyDelete
  5. Keren ya Mbak bisa memanfaatkan limbah kopi dan kayu secang buat pewarna alami. Kreatif orang Pekalongan, seputar batik ada saja inovasinya. Layak memang disebut Kota Batik.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jalan-jalan ama Eneng

Jalan-jalan ke Pekalongan ala JavaChic

NDORO GLOMPONG, MENATA HATI BERSAMA BELAHAN JIWA