5 poin tentang Bincang Budaya Batik; generasi millenial bangga memakai batik

www.javvachic.blogspot.co. - "Kota Batik di Pekalongan, bukan Yogya bukan Solo" ... Sepenggal bait dari Slank turut menegaskan keberadaan eksistensi batik Pekalongan sebagai budaya bangsa yang harus dilestarikan.

Kebetulan dalam rangkaian Hari Batik Nasional, Sabtu 19 Oktober 2018 Keminfo bekerjasama dengan Diskominfo Pekalongan menjadi ajang berkumpulnya generasi millenial di Hotel Santika dengan tema "Bincang Budaya: Hari Batik Nasional, Pesona Batik Peranakan wujud akulturasi budaya.
Fakta dari Unesco yang pada tahun 2014 menasbihkan Pekalongan sebagai "Creative Cities Network" kategori "Crafts & Folks Art" adalah amanah dan kebanggan yang harus kita jaga. 

Berikut beberapa poin tentang Batik, yang mana penulis JavaChic telah observasi dari pemantauan selama ini:

1. Betapa tidak, dari hulu ke hilir, proses pembuatan batik dari A-Z melibatkan satu kesatuan berbagai etnis budaya dimana ekonomi masyarakat lokal pun terangkat. Mulai dari industri rumah tangga (home industry) mulai industri skala besar dengan tujuan ekspor. Industri batik di Pekalongan mengangkat harkat ekonomi mereka yang berkecimpung daam bisnis ini, mulai dari buruh proses batik yang meliputi belasan tahap dari disain motif batik, proses pewarnaan, pengepakan (packaging) hingga pemasaran. Kesatuan etnis arab jawa tionghoa atau ARJATI turut andil, baik dalam pengadaan bahan baku, proses dalam tehnik membatik hingga pemasarannya; seperti yang dituturkan Walikota Pekalongan Bp. Saelany Machfudz dalam pidato pembukaannya.

2. Sejarah batik di Pekalongan dimulai dari jaman pasca perang dimana dahulu kala para keturunan kerajaan berpecah belah hingga tanah Pekalongan dan mengembangkan batik pekalongan. Jaman VOC telah terbit dokumentasi di tahun 1750 yang menyebutkan pengiriman bahan baku mori ke Spanyo kala itu dalam jimlah fantastis. Koperasi Batik dengan regulasi yang didukung oleh pemerintahan dari Jaman Soekarno turut menguatkan potensi Kota Batik. Jalan Surabaya sekitar Masjid Wakaf Pekalongan adalah area bersejarah dimana jaman dahulu menjadi sentra batik nusantara.
Kini Museum Batik di kawasan heritage budaya Jetayu berdiri dengan megahnya, melalui rintang waktu jaman keemasan kolonial hingga masa kini, dimana ratusan koleksi batik antik tersimpan dengan baik. Museum Batik mejadi testimoni perjalanan sejarah Batik Pekalongan, dan menariknha para pengunjung akan punya kesempatan untuk belajar membatik dengan metode sederhana. 

3. Pekalongan dengan keragaman budaya nya melahirkan Batik Peranakan yang merupakan wujud akulturasi pengaruh Tionghoa yang berasimilasi dengan budaya setempat. Signature Batik Peranakan diantaranya adalah Batik Oey Soe Tjoen, salah satu batik legendaris yang telah menorehkan "tinta emas"nya melalui guratan canting sejak tahun 1925. Kini melalui generasi ketiga, Ibu Widyawati Widjaja, masyarakat dan pengunjung akan mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan karya-karya OST dalam Pekan Batik Nusantara 2018 yang akan dibuka tanggal 20 Oktober ini.

4. Bangga akan batik? Jelas, karena jika kita mengetahui prosesnya yang begitu memakan waktu dan memerlukan skill maka kita akan semakin bangga mengenakan batik, menghargai batik dan melestarikannya. Batik asli adalah melalui proses tehnik cap dan tulis melalui perintangan warna. Namun tidak kalah rumit juga proses batik printing yang meliputi pasca proses seperti menciptakn disain itu sendiri, tracing, mencetak film, proses afdruk dan sablon sebelum mesin lain menyentuh sebuah kain mori menjadi gulungan kain bermotif batik. Untuk proses batik cap dan batik tulis pun, alat yang diperlukan membutuhkan pembuatan canting cap, canting kayu, hingga ke proses final sebelum menjelma menjadi suatu adikarya agung warisan budaya leluhur.

5. Bicara budaya, batik pun kita kenakan semenjak kelahiran hingga ajal menjemput, dalam tradisi-tradisi terkait. Diperlukan jenis kain batik khusus dengan motif tertentu yang bermakna sesuai dengan kepentingan peristiwa yang manusia lalui. Seperti kain untuk lamaran, upacara pernikahan, kain untuk ibu hamil pada budaya mitoni tujuh bulanan, dan lain sebagainya... Hembusan nafas tradisionil dan agamis berkutat seputar batik. Pada batik terletak sebuah harapan dan doa, shalawat pun mengiringi proses pembuatan batik.

Bicara kualitas batik Pekalongan yang mumpuni, saya masih menyimpan sarung kain batik seserahan yang saya kenakan pada Hari Batik lalu. Masih tersimpan rapi sejak pernikahan saya di tahun 1996. Kehamilan yang keempat, blus babydoll batik dari sebuah merk terkemuka lokal yang saya miliki ketika hamil anak ketiga 18 tahun lalu, masih dapat saya kenakan kembali di tahun ini dan warna tidak memudar, kain masih bagus. Sudahlah, memang kualitas Batik Pekalongan tidak diragukan lagi.

Jadi terletak pada tangan kita untuk turut melestarikan budaya batik; bukan saja sebagai bentuk kekaguman akan bahan batik yang kita gunakan namun turut mempelajari membatik yang seharusnya dipupuk sejak dini hingga bisa terus berlanjut ke generasi berikutnya.

Demikian harapan yang tertumpu, semoga kami para generasi millenial juga bisa turut andil dalam mempromosikan batik sebagai kekayaan bangsa Indonesia. 

Torehan tulisan kali ini sebagai partisipasi dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh @kemenkominfo @djikp @infokompmk dan @rnikenwidiastuti dalam even #bincangbudayapekalongan.

Peresmian #BincangBudayaPekalongan

Batik peranakan (encim) 



Salam budaya,
JavaChic

www.javvachic.blogspot.co.id

Comments

  1. Dan aku banggaaaa dgn Batik Pekalongan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pastinyaaa... Dgn memakai batik terpancar suatu aura tersendiri ya mbak, itulah slh satu pesona batik

      Delete
  2. Mba Ayi duh batik encimnya cakep banget, warnanya juga seger banget.
    Keren banget ya acara ini mba Ayi, bersatu dalam tradisi batik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Nyi, kebayanya sama halnya dgn batik pekalongan awet... warna warninnya cantik ya mbak.
      Itulah kenapa dari dulu sll kagum sama warisan nusantara ini, terlebih stlh tinggal di Pekalongan jadi makin tahu mgn proses membatikb semakin kagum semakin bangga

      Delete
  3. Batik Pekalongan memang sangat terkenal di mana-mana. Dulu jaman kuliah, kalau aku mau pulang pasti ada temen yang ikut.katanya pengin lihat proses membatik sekalian beli oleh-oleh batik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah BAtik Pekalongan memang patut diakui Unesco ya mbak. Dulu karena suka batik ya dibisnisin aja, buka toko. Setelah tahu prosesnya terebih setelah tinggal di Pkl ya makin kagum,makasih Mb Rina sdh mampir ke tkp

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jalan-jalan ama Eneng

Jalan-jalan ke Pekalongan ala JavaChic

NDORO GLOMPONG, MENATA HATI BERSAMA BELAHAN JIWA