Antara Paris dan Magelang, back to vintage

Java Chic -  Hi bestie, kali ini kita ngobrol soal lifestyle ya, aku dapat bocoran nih apa yang lagi tren di Perancis. Let's spill the tea! 

Akhir akhir ini media sosial lagi gegap gempita dengan euphoria Paris Fashion Week kan, yang sayangnya "ditunggangi" even lain senada. Memang secara kebetulan sih acara parade busana yang diikuti oleh brand brand terkemuka lokal itu diadakan bersamaan dengan Paris Fashion Week. Sah sah aja sebetulnya GEKRAF memprakarsai even di luar negeri dengan tujuan promosi, tapi alangkah baiknya jika diperjelas komunikasinya, tema nya, kurasi nya bagaimana, dan hal hal tehnis lainnya terutama yang berdampak pada publikasi suatu even dan membawa nama bangsa dan negara pula.  Sehingga tidak nampak "mengelabui" persepsi peserta even dan dampak terhadap publikasi di media sosial yang menjadi viral. Tentunya kita harapkan hasil yang positif bukan...  
Bagaimanapun juga kita harus apresiasi sang disainer asli yang telah menyiapkan koleksi rancangannya untuk even besar tersebut, dengan metode kolaborasi dengan sebuah brand.  Walaupun tidak semua produk, terutama produk kuliner berhasil "menyajikan" rasa yang sesuai antara fashion dan kuliner.  Well you know which brand I was talking about. 
Selain even heboh tersebut, di lain kesempatan tim Indonesia didampingi oleh perwakilan Kedutaan Besar RI di Paris melalui sebuah agen promosi lokal LA MAISON DE L'INDONESIE ( House of Indonesia) , yang mana dengan jaringan pemasarannya produk produk Indonesia akan terbantu untuk dipromosikan dan dipasarkan. Ini merupakan langkah yang tepat menurutku sih.


Balik ke yang mau aku spill... Sore itu, 17 Januari lalu gak ada angin gak ada hujan sepupuku Mbak Agustina yang tinggal di Perancis tiba2 nelpon... tumben nih, tapi ya seneng aja denger suaranya yang ceria. Selama ini kami berkomunikasi di media WAG & Facebook, media sosial andalan usia2 jelita. Dia beruntung mendapatkan seorang suami yang sangat baik dan "indonesia banget" yang kita panggil Mr Didier, sehingga mereka menikmati hidup tenang "La vie en rose" di usia senja dengan anak 2 dan cucu 1. Menantunya pun gak kalah "indonesia" bahkan si Clarice mengangankan suatu saat pindah ke Indonesia. 

"Aku sudah tua dik" kata Mbak Tina. Tapi jangan salah, gitu2 walaupun usianya jauh diatas saya,  Mbak Tina memang tipenya sangat memperhatikan penampilan, khas wanita2 di Pusat Dunia Mode. Setiap 3 bulan pasti dia akan mengecat rambutnya kembali dengan warna pirang tembaga, yang memang sesuai sama warna kulitnya yang eksotis. Aku dulu sih pernah nyoba, maksudnya lebih ke nuansa kecoklatan tapi kok jadinya pirang. I freaked out... gak PD... balik lagi deh ke salon, back to my natural hair color. Aku lebih ngrasa nyaman dengan semburat2 kecoklatan keemasan di rambut. Sebenernya it kind of suits me if the coloring is right, yaudah kusimpan aja foto nya dari sebuah aplikasi dengan hair look yang beda2. Lagian kalau sudah berkerudung rasanya tampilan rambut jadi nomor kesekian. Tapi having a nice haircut and coloring it boost your mood and your personnality right? What do you think? 

Selain itu jelas dia memperhatikan fashion banget. Saat ini tren di Perancis balik lagi ke busana2 vintage ala 50's dll, diantara aliran tren lainnya. Jadi dia lagi getol belanja pernak-pernik dan busana vintage. Dapatlah dia koleksi Christian Dior, Hermes vintage, dan merk2 lainnya. Suatu saat kita pernah ngobrol soal gaunnya yang aku perhatikan ala psychedelic look ala tahun 60an, yang ternyata keluaran Paco Rabanne. Style yang khas dengan motif dan warna mencolok. 

voila Mbak Tina "La Parisienne"


Terus si Mbak Tina ini pernah bilang "bajuku cuma dipakai sekali" dengan santainya tanpa bermaksud sombong. Dan memang terlihat di foto2 selfienya yang selalu muncul di beranda wall Facebook dan tik toknya. Ya ampun tu orang... lucu aja sih, seceria itu orangnya. Well itu cara dia menikmati hidup disamping sela2 waktunya bekerja di kantin sebuah sekolah swasta. She' s full of fire and so alive! Khas keluarga besar dari garis papiku, Bin Ahmad, yang masih pada suka dansa2 dan berpenampilan chic sesuai kantong masing2. Setiap acara keluarga besar, pasti bakal ada acara nyanyi2 dan dansa2. Salah satu sepupuku lainnya memang instruktur Line Dance yang sering dipanggil istri2 pejabat di Ibu Kota. Bicara mode, almarhum Pakde yang seorang jenderal dan yang kuhormati masih tampil dandy sekali di usia tuanya. Tongkat dan topi fedora tdak lepas dari peampilannya yang chic. Almarhum Papi ya pernah dapat penghargaan semacam " The Best Look/Dressed" di salah satu acara di KBRI Paris. Tampil gagah dan chic dengan stelan jas maupun baju tradisional ala Melayu. Al Fatihah. Oh this melt my heart 😥


My dear Papi 


Lantas Mbak Tina ngingetin  "Kalau masih punya tas2 antik punya mami dulu, disimpan ya Dik jangan dijual". Tentu... segala macakeluaranm tas memang kusimpan dengan baik, secara dari SD udah suka koleksi tas yang lucu2. Hmmm lumayan bisa kepake juga. Tapi sebelum ini memang pernah aku pakai sekali  di pesa pernikahan seorang rekanan suami. 
Update : akhir akhir ini Mbak Tina telpon lewat WA call; dia menanyankan seandainya clutchku dijual, dia minat. Rupanya dia habis nonton film jadul tahun 50an, dan sang artis makai clutch seperti punya mamiku hehe...

clutch vintage embroidery



Itupun juga akhirnya aku keluarkan dari box, karena mantan tetangga di Pekalongan dulu, istri seorang dokter, juga hobby koleksi barang vintage. Ya ampun rasanya pengen deh ngupi2 cantik duduk manis depan lemarinya, isinya begitu menggemaskan! koleksinya disusun dengan apik di lemari kunonya. Selama ini seneng aja liat postingan2 di IGnya @vintageouslady. Beliau juga jago utak atik beads sehingga lahirlah koleksi @beadmood.


Balik ke Mbak Tina, ternyata dia bakal balik ke Indonesia liburan depan! Ah senangnyaaaa akhirnya bakal ketemu sama sodaraku yang satu ini. Kalau Mr Didier memang kami pernah bertemu di Jakarta dulu banget masa2 lepas kuliah dengan almarhumah Mbak Betty dan keponakan2nya yang gak kalah baiknya. Salah satu keponakannya, si Xavier malah pernah minta jasaku untuk mencarikan kostum berkuda tradisional.






Si Xavier, seorang penunggang kuda profesional, pernah memesan kostum berkuda khusus ala Indonesia. Suatu saat dia pamerin fotonya dengan kostum yang aku style khusus ala javanese tapi tetap nyaman untuk dikenakan untuk orang asing. Dia sedang menunggang kuda dengan gagahnya dan sembari mengibarkan bendera Merah Putih! Ya ampun bangganya... so nice of him. 







Gak ngerti kalau dia ternyata punya bendera Indonesia. Sebernya dia insist banget untuk memesan keris, tapi sepertinya disaat itu urusan administrasi agak ribet. Akhirnya buah dari chat2 kami, lahirlah sebuah artikel sederhana mengenai keris di link berikut dalam bahasa perancis:

https://javvachic.blogspot.com/2016/11/le-keris-de-lindonesie.html



Ok, jadi untuk urusan kepulangan mereka ke Tanah Air, sepertinya aku harus  menyiapkan itinerary di Magelang & Yogya dimana mereka akan tinggal selama liburan; harapannya mereka dapat menikmati momen2 di Jawa Tegah khususnya dan membawa kenangan manis sepulangnya ke Negara Tour Eiffel. Ah seandainya pulangnya aku bisa ikut ngintil mereka...  

Dan karena aku tinggal di Magelang, tentu aku akan share ke mereka informasi tentang wisata lokal khususnya di Kabupaten Magelang. Stay tune! Sila click disini ya dalam postingan berikut ini...







Your travelling companion.

Java Chic

Comments

Popular posts from this blog

Jalan-jalan ama Eneng

Jalan-jalan ke Pekalongan ala JavaChic

Peringatan HUT RI ke 78 di Magelang